Iklan

Pemanfaatan Limbah Konstruksi Bambu dalam Penambalan Jalan Berlubang || GeoTechnical Environment Research

Posted by Sutami Suparmin Tuesday, December 20, 2016 0 comments
This article is under the copyright to Sutami Suparmin as original article.

Pemanfaatan Limbah Konstruksi dalam Penambalan Jalan Berlubang dengan Menggunakan Sistem Micro Pile, GeoTechnical Environment Research, Environmental Engineering Department, Hasanuddin University.

Bambu adalah tanaman yang sangat mudah ditemukan di Indonesia dan negara lainnya di benua Asia. Bambu tergolong ke dalam tanaman rumput raksasa (Giant Grass). Tanaman bambu adalah jenis tanaman yang hidup berumpun dalam suatu habitat pada ketinggian kurang lebih 300 mdpl, siklus hidupnya bermula dari rebung atau tunas muda bambu, batang muda dan akan menjadi batang bambu dewasa dalam waktu 3-4 tahun

Pemanfaatan bambu di Indonesia sangat beragam dan hampir semua bagian dari bambu dapat dimanfaatkan oleh manusia mulai dari pemanfaatan pangan yaitu rebung dari bambu dapat dijadikan masakan sayur rebung yang enak dan bergizi tinggi. Selain pangan, batang bambu juga banyak digunakan dalam industri perabot rumah tangga dikarenakan sifat batangnya yang lentur, ringan dan kuat. Oleh karena sifat batangnya yang kuat maka bambu sering digunakan sebagai alat bantu penahan beton pada konstruksi bertingkat.

Penggunaan bambu dalam pembuatan konstruksi dinilai sangat efisien dan murah. Hal ini dikarenakan tanaman bambu mudah didapat di Indonesia dengan kecepatan pertumbuhan yang tinggi. Bukan hanya itu, di Indonesia, penggunaan logam sebagai alat penopang konstruksi masih sangat jarang di Indonesia dikarenakan biaya logam yang mahal pada negara berkembang.

Dibalik kelebihan dari pemanfaatan bambu sebagai alat pembantu konstruksi, terdapat kekurangan yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Sisa-sisa bahan dan alat konstruksi seperti bahan semen, paku-paku yang berserakan, kayu, seng, dan bambu akan dapat mencemarkan lingkungan dan menyebabkan bahaya pada makhluk hidup yang ada di sekitar konstruksi tersebut jika tidak di manage dengan baik.

Berangkat dari permasalahan tersebut, terpikir sebuah ide untuk mengubah limbah hasil limbah konstruksi ini untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pengeras dasar tanah pada jalanan rusak dan berlubang dengan tipe tanah clay atau lempung. Tanah dengan tipe clay atau lempung ini adalah tanah yang memiliki kekuatan penahanan beban yang sangat rendah atau buruk karena tanah tipe clay memiliki sifat compresibility yang sangat tinggi.

Dalam struktur lapisan tanah pada jalanan tersusun atas beberapa tipe lapisan dan karakteristik yang berbeda tergantung pada lokasi geografisnya. Kerusakan suatu jalanan biasanya disebabkan karena rendahnya kualitas dari bahan pembuatan jalan tersebut seperti aspal dengan kualitas rendah, kesalahan atau cacat saat pengerjaan, kerusakan akibat over weight pada kendaraan yang melintas, kerusakan dikarenakan gejala alam (gempa, banjir, dll) dan penyebab yang sering kita jumpai adalah struktur base dan subbase yang tidak dapat memberikan kekuatan akibat lemahnya daya topang tanah di bawahnya.

Akibat dari kerusakan ini, kita sering melihat kerusakan pada jalanan terkhusus pada jalanan beraspal yang memiliki lubang-lubang akibat beberapa penyebab di atas. Lubang ini bisa diperbaiki dengan menambal dengan beberapa macam bahan namun akan tetap berlubang kembali setelah beberapa waktu. Ini dikarenakan struktur tanah yang memang tidak bisa menahan beban kendaraan.

Peran bambu dalam memperbaiki jalan ini merupakan sebuah ide yang terlintas di pikiran penulis saat sedang menjalani kuliah Geo Teknik Lingkungan pada semester 3. Tanaman bambu dapat dijadikan sebagai mikro pile atau tiang-tiang kecil. Bagaimana prosesnya? check it out...


1. Proses Loading dan Salinasi limbah bambu

Bambu-bambu limbah hasil konstruksi terlebih dahulu harus dikumpulkan dan dimuat menuju tempat salinasi yang terdapat pada pesisir atau pantai. Pada proses ini, terlebih dahulu harus dilakukan pembersihan batang bambu terhadap paku atau bahan lain yang dapat mengganggu proses salinasi bambu. Setelah bersih maka selanjutnya merendam bambu ke dalam air asin di pesisir selama kurang lebih dua atau tiga minggu agar hasilnya maksimal. Jika jarak loading bambu terlalu jauh, maka kita dapat membuat sebuah perendaman khusus seperti gambar di bawah ini.
Hasil gambar untuk perendaman bambu di air
Sumber : www.bambuy.blogspot.com


Proses perendaman ini bertujuan untuk memberikan proteksi terhadap batang bambu yang akan dijadikan pile dengan meningkatkan kadar garam di bambu tersebut. Dengan meningkatnya kadar garam maka mikro organisme pengurai bambu dan rayap akan susah untuk memakan batang bambu sehingga bambu memiliki ketahanan saat digunakan.


2. Survei dan Pembongkaran Lubang pada Jalan

Pada proses kedua yaitu menyurvei sebuah jalan yang akan ditambal. Survei ini dilakukan untuk melakukan pengukuran terhadap luas jalan yang akan ditambal, waktu pengerjaan jalan yang baik dan untuk mengetahui level atau kedalaman jalan yang akan di tanamkan micro pile dari bambu. Setelah disalinasi dan dikeringkan, maka ujung bambu akan diberikan sebuah cap yang terbuat dari logam ataupun kayu dengan kekuatan tinggi dan cap tersebut diruncingkan. Cap ini bertujuan agar dapat mempercepat pemancangan bambu ke dalam tanah.
Proses selanjutnya adalah pembongkaran atau pemotongan bagian jalan (aspal) yang rusak dengan membentuk segi empat atau lingkaran. Setelah proses ini dilakukan, maka aspal pada tanah akan di hilangkan sehingga yang tersisa adalah tanah pada jalan yang akan ditambal.

Hasil gambar untuk lubang pada jalan aspal
Lubang Pada Jalan
Sumber : www.motormobil,net
3. Pemancangan Bambu dengan Alat Pancang Khusus

Penanaman atau pemancangan bambu ke dalam tanah adalah proses yang sangat penting, proses ini bertujuan untuk mencari sebarapa jauh struktur keras dari tanah yang akan dipancang dan berapa panjang bambu yang akan ditanam ke dalam tanah. Alat yang digunakan berupa alat pancang khusus dibuat untuk bambu atau dengan pengerjaan manual (manusia) jika struktur tanah keras tidak terlalu dalam.
Tujuan utama dari proses ini adalah memberikan tulang penopang tempelan jalan pada permukaan jalan pada tanah yang lembek agar tidak turun jika dilalui oleh kendaraan berat.
Setelah proses pemancangan selesai, maka proses selanjutnya adalah meratakan permukaan bambu dan memperkirakan tinggi lapisan tambalan yang akan diberikan di atas pile.

4. Pemberian Cover Barrier dan Penambalan Lubang Jalan

Proses ini adalah proses terakhir, cover barrier yang ditambahkan bertujuan untuk memberikan pelapisan kepada bambu dan aspal atau beton penambal juga memberikan ketahanan agar beban tersebar merata pada permukaan bambu. Cover Barrier ini bisa saja dari beton pratekan atau plat baja yang diletakkan diatas pile. Setelah peletakan dan benar-benar rata (diukur dengan waterpass), maka proses final adalah menutup cover barrier dengan aspal atau beton, pemilihan materialnya harus tepat dikarenakan setiap bahan memiliki daya kohesi dan adhesi yang berbeda sehingga mempengaruhi kualitas hasil tambalan pada jalan. Jalan yang ditambal tidak boleh lebih tinggi atau malah lebih rendah pada permukaan jalan sehingga membuat pengendara nyaman dalam melalui jalan tersebut.

Demikian artikel ini. Terimakasih

0 comments:

Post a Comment

Labels

Blogumulus by Roy TanckandAmanda Fazani

Feed my Fish ^.^

Yuk Gabung Disini !!

Adsense Indonesia

Site Info

Followers